Sejarah Desa BALUMPEWA
Tertulis/terdengar suatu cerita
dari satu wilayah hunian komunitas masyarakat Yang amat subur di atas tanah
pegunungan sebelah barat, wilayah yang ditumbuhi Pepohonan dan rerumputan yang
hijau, orang-orang sekitarnya menyubut
wilayah ini“ BOLONTOKUE “.
Selain memiliki tanah sangat
subur untuk bercocok tanam juga sangat baik digunakan untuk wilaya pemukiman,
sehingga dalam kurun waktu tertentu sekelompok komunitas etnik Kaili dengan
sub-etnik Inde (Topo Inde) yang menghuni wilaya Vayolipe mencoba melakukan
perpindahan ke wilaya Bolontokue. Meskipun hidup dengan kesederhanan ditengah
keterbatasan dan pola kearifan tradisional yang memiliki, membuat kehidupan
mereka amatlah bersahaja pada kondisi yang ada. Pola kehidupan yang masih
sangat tradisional ini dilakukan oleh masyarakatnya melalui kehidupan
sehari-hari baik dalam hal bekerja dikebun/bertani.
Bertahun-tahun sudah lamanya
masyarakat Bolontokue bekerja keras ditengah ketenangan dan kesederhanaan untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya melalui pola interaksi yang dilakukan baik
interaksi sesama masyarakat maupuninteraksi dengan alam disekitarnya membuat
lahirnya satu kebiasaan yang menjadi nilai-nilai dan norma kehidupan. Melihat
kebutuhan sehari-hari baik dalam hal pekerjaan khususnya pertanian dan berburu
masih menggunakan alat yang sangat terbatas maka seorang orang tua yang bernama
“PEVA” berinisiatif menanam serumpun Bambu yang dalam bahasa lakolnya disebut
“BALO”.
Balo (bambu) tersebut tumbuh dan
berkembang dan akhirnya bambu tersebut sangat banyak membatu masyarakat
Bolontokue melakukan pekerjaan terutama dikebun dan berburu. Karna dengan
banyaknya fungsi/kegunaan bambu yang ditanam oleh PEVA, maka oleh masyarakat
Bolontokue sesekali menyebut wilayanya dengan sebutan “BALUMPEVA”. Kerena oleh
masyarakat Bolontokue lebih akrab menyebut wilaya Bolontokue dengan nama
Balumpeva maka muncul kesepakatan untuk mengganti nama Bolontokue menjadi
Balumpeva. Yang sekarang menjadi Balumpeva (Balumpewa)
Etnis, Bahasa dan
Religi
Mayoritas etnis di desa
Balumpewa adalah suku Kaili Inde. Orang Kaili terdiri atas beberapa sub suku
dan menggunakan dialek yang berbeda-beda, maka munculah istilah: Kaili Ledo,
Kaili Rai, Kaili Ija, Kaili Unde, Kaili Ado, Kaili Edo, Kaili Tara, dan
sebagainya. Dikatakan sebagai Orang Kaili karena adanya kesamaan budaya dan
adat istiadat di kalangan mereka, sebagaimana dikemukakan oleh Mattulada
(1985:21) bahwa: Orang Kaili mengidentifikasi diri sebagai To Kaili karena
adanya persamaan dalam bahasa dan adat istiadat leluhur yang satu, dipandang
menjadi sumber asal mereka, bahasa Kaili dalam arti Lingua-Franca dalam
kalangan semua To-Kaili. argumentasi dan
pandangan bahwa meskipun terdiri atas beberapa sub suku, orang Kaili sebenarnya
masih memiliki hubungan darah atau berasal dari satu nenek moyang yang sama,
hal ini diakibatkan oleh adanya perkawinan antar sub suku Kaili itu sendiri
(Natsir dan Haliadi, 2015).
Bahasa yang digunakan oleh
masyarakat untuk komunikasi khususnya antar warga, mayoritas warga menggunakan
bahasa Kaili dengan dialek Inde, namun untuk komunikasi dengan pendatang serta
dengan orang diluar warga Balumpewa, masyarakat menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan
, untuk agama yang dianut penduduk desa Balumpewa mayoritas memeluk agama
Kristen Balai Keselamatan. Secara kultural pegangan agama ini didapat dari
hubungan kekeluargaan ataupun kekerabatan. Selain itu juga keyakinan beragama
berkembnag berdasarkan turunan dari orang tua ke anaknya.
Sejarah Kepemimpinan Desa
0 comment:
Posting Komentar