Sejarah dan Kebudayaan
Masyarakat
Sejarah Desa Kalukutinggu.
Kaluku tinggu berasal dari nama
orang yang menanam kelapa pertama kali di desa, nama orang tersebut tinggu,
saat dia menanam kelapa pertama kali di kampung dan banyak orang mengatakan
bahwa kelapa tersebut adalalah kelapanya tinggu, dan kelapa (kaluku) jadi
kemuadian disebut Kaluku tinggu, dan sebgain masyarakat juga ada yang meyakini
bahwa Kaluku Tinngu itu berasal danari nama Kelapa yang bengkok, kelapa yang
bengkok tersebut dikarena terkena petir dan yang paling kuat adalah yng pertama
jadi arti dari Kaluku Tinggu artinya kela yang ditanam oleh Kaluku Tinggu di
kampung ini.
Saat penjajahan Belanda desa kaluku sudah terdapat pemukiman, desa
kaluku tinggu dahulu adalah tempatnya “madika” sehingga dapat dikatakan bahwa
dahul desa kaluku tinggu merupakan basis pemerintahan dari kerajaan kecil “Binggi” yang artinya
lereng dan gelar untuk rajanya diberikan gelar “magao binggi’
Awal saat masyarakat desa kaluku
tinggu menempati desa, masayarakat bekerja sebagai petani dan pertenak dengan
komoditas tanam jagung dan padi sawah,
pada saat system kerajaan penguasaan tanah dimiliki oleh madika (kerajaan).
Setelah memasuki masa kemerdekaan dan kerajaan sudah mulai tidak ada, tanah yang
dikuasai oleh madika diberikan kepada desa, dan system pembagianya, tidak
diberikan satu – persatu ke pada masyarakat, kememilikanya masih umum dalam
arti dikuasai oleh desa, dan untuk warga yng ingin mnegusahakan tanah waktu itu
dibebaskan tapi dengan persyaratan tidak
boleh dijual, dan bahkan untuk saat ini khusus tanah di wilayah ternak
tidak diperbolehkan dilakukan transaksi jual -beli. Tanah sawah yang di desa
dahulu, kebanyakan kepemilikan dikuasai oleh madika, sehingga secara turun –
menurun diwariskan kepada keturunanya, secara umum masyarakay di desa kaluku
tinggu masih asli dari penduduk yang tinggal di wilayah kerajaan Binggi.
Etnis, Bahasa dan Religi
Berdasarkan penuturan tokoh
masyrakat yang ada di desa, di Kaluku Tinggu mayoritas etnisnya adlah suku
Kaili Ledo, Orang Kaili terdiri atas
beberapa sub suku dan menggunakan dialek yang berbeda-beda, maka munculah
istilah: Kaili Ledo, Kaili Rai, Kaili Ija, Kaili Unde, Kaili Ado, Kaili Edo,
Kaili Tara, dan sebagainya. Dikatakan sebagai Orang Kaili karena adanya
kesamaan budaya dan adat istiadat di kalangan mereka, sebagaimana dikemukakan
oleh Mattulada (1985:21) bahwa: Orang Kaili mengidentifikasi diri sebagai To
Kaili karena adanya persamaan dalam bahasa dan adat istiadat leluhur yang satu,
dipandang menjadi sumber asal mereka, bahasa Kaili dalam arti Lingua-Franca
dalam kalangan semua To-Kaili.
argumentasi dan pandangan bahwa meskipun terdiri atas beberapa sub suku,
orang Kaili sebenarnya masih memiliki hubungan darah atau berasal dari satu nenek
moyang yang sama, hal ini diakibatkan oleh adanya perkawinan antar sub suku
Kaili itu sendiri (Natsir dan Haliadi,
2015).
Dalam pergaulan
sehari – hari penduduk desa Kaluku Tinggu menggunakan dialek Kaili Ledo,
Penggunaan bahasa sehari-hari masyarakat tidak ada aturan formalnya, namun
adatistiadat berbahasa juga berkaitan dengan sopan santun dalam pergaulan hidup
sehari-hari sehingga bahasa Kaili Ledo juga mengenal bahasa yang sangat halus,
bahasa halus, bahasa sehari-hari (bahasa pasar), Bahasa halus bersifat resmi
dan sopan contohnya bila seorang menyebut engkau, ia harus memperhatikan apakah
yang disebut engkau itu lebih muda, sebaya atau lebih tua daripadanya. Hal ini
perlu karena seseorang dapat dianggap sopan bila memanggil engkau pada orang
yang lebih muda atau sebayanya dengan sapaan iko. Sementara untuk menyebut
engkau pada orang yang lebih tua darinya harus menggunakan panggilan komiu.
Namun, tidak jarang menggunakan bahasa Indonesia saat berinteraksi dengan
masyarakat di luar desa atau pendatang.
Sedangkan , untuk agama yang dianut
penduduk desa Kaluku Tinggu mayoritas memeluk agama islam. Secara kultural
pegangan agama ini didapat dari hubungan kekeluargaan ataupun kekerabatan.
Selain itu juga keyakinan beragama berkembnag berdasarkan turunan dari orang
tua ke anaknya, berikut adalah jumlah penduduk desa berdasarkan agamanaya.
Sumber : DISINI
0 comment:
Posting Komentar