SEJARAH SINGKAT DESA
MANTIKOLE
Oleh : Adriansyah
Desa Mantikole merupakan salah
satu Desa yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dolo Barat,
Kabupaten Sigi. Yang wilayahnya meliputi daratan dan pegunungan. Dengan
batas-batasnya sebelah utara Desa Balamoa, sebelah timur Desa Pesaku,Bobo,
sebelah selatan Desa Jono dan sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan
Pinembani.
Adapun terjadinya Desa Mantikole
menurut sejarah atau cerita para petua adat, toko masyarakat dan nara sumber
lainnya desa mantikole kurang lebih satu abad yang lalu ada beberapa tentara
kerajaan yang menebang dan membakar hutan belantara hingga hangus menjadi arang
atau dalam bahasa warga suku kaili inde yang berdomosili dikawasan pegunungan
Onguntofato yang merupakan salah satu puncak tertinggi dari seluruh puncak yang
ada disekitar kawasan pegunungan sejumlah desa yang berada diwilyah
administrasi kecamatan Dolo Barat tepatnya dipegunungan Desa Balamoa dimana
kejadian tersebut berlansung masyarakat menyebutnya Mantikole, setelah dipahami
secara seksama daptlah kita simpulkan arti dari mantikole itu adalah Arang yang
merupakan hasil pembakaran hutan untuk dijadikan satu kawasan pemukiman
punduduk setempat pada saat itu “ namun seiring dengan pergantian zaman
perkembangan roda pemerintahan dan dunia pendidikan sebagian menjadikan satu
singkatan yang menanti kasih dan oleh-oleh.
Kemudian sebelum nama Desa
Mantikole ini dikenal oleh banyak orang awalnya masih bernama Desa Bobo, yang
pusat pemerintahannya terletak dijalanPermandian Air Panas Dusun 1 Desa
Mantikole pada saat ini setelah memisahkan diri dari Desa Pesaku pada tahun
1890 masehi dengan kepala Desa pertama bernama RAPABIBO yang merupakan salah
satu putra Asli Etnis kaili inde pada saat itu.
Tidak terasa waktu terus
berjalan, tahun terus berganti kepadatan penduduk pun semakin meningkat pesat
diakibatkan banyaknya suku pendatang yang berdatangan dari berbagai pelosok
untuk mencari mata pencaharian didesa tersebut demi kelansungan hidupnya,
akhirnya pada tahun 1940. Seorang putra bernama MALASIKI yang menjadi kepala
Desa ke tiga pada saat itu menyarankan agar desa tersebut dibentuk menjadi dua
bagian, maka terjadilah perpecahan menjadi dua Desa yaitu, Desa Bobo dan Desa
Gunung yang warga penduduknya adalah mayoritas etnis kaili inde. Sekarang sudah
tidak asing lagi bagi masyarakat Sulawesi Tengah setelah dua puluh lima tahun
berjalan, hingga sampai pada kepala Desa yang delapan bernama DM. YOLULEMBAH,
pada tahun 1965 Bobo Gunung meninggalkan nama menjadi desa MANTIKOLE sampai
pada saat ini kepala Desa yang ketiga belas bernama MUCHTAR. K. untuk periode
2007/ sd 2012
Hal ini disebabkan karena
penduduknya yang bermukim diperkampungan tersebut memilih untuk turun dan
tinggal dilembah sekaligus. Bermusyawarah denga para tokoh masyarakat dan
unsure-unsur lainnya agar nama Mantikole dijadikan Nama Desa. Dengan demikian
maka nama desa Bobo Gunung tinggal kenangan dan berubah menjadi desa Mantikole.
Pengaruh lingkungan
Terhadap Perilaku Individu Dalam Masyarakat
Pada dasarnya masyarakat
mantikole rata-rata masih memelihara rasa solidaristas terlihat dari berbagi
sumber yang temui bawa dusun empat dan dusun lainnya masih memelihara ikatan
kekeluargaan dalam beberapa hal misalnya dalam pembangunan infrastruktur dan
kegiatan social lainnya ini kemudian telah dipelihara dari semenjak dahuluh
untuk menciptakan kebersamaan dan rasa solidaritas masyarakat Mantikole.
Masyarakat Mantikole terbangun
sebagai suatu struktur atau sistem sosial. Rentang sejarah dari generasi ke
generasi ini kemudian telah membawa masyarakat kepada kenyataan sosial yang
diantaranya diendapkan sebagai aturan-aturan penuh nilai dan norma-norma
penyeimbang. Akar bangunan struktur itu menjadi pedoman hidup sekaligus ciri
ideal bagi perilaku seorang individu terhadap masyarakat. Dalam bangunan
struktur masyarakat mantikole khususnya dusun empat (IV) tidak dikenal pola
kekerabatan besar yang terdiri dari rumpun-rumpun kekerabatan kecil berdasarkan
pertalian darah. Pola kekerabatan yang ada, dikenal dengan istilah golongan,
yang menunjukkan sekelompok orang yang masih mempunyai pertalian darah antara
satu keluarga dengan keluarga lain sehingga secara keseluruhan mereka merupakan
satu rumpun kekerabatan. Terbentuknya sistem kekerabatan (penggolongan
keluarga-keluarga serumpun ini) sebagaian masyarakat Mantikole merupakan akibat
dari pola kehidupan bersama yang dibangun secara terpisah dari
golongan-golongan yang lebih besar. Permukiman masyarakat dusun empat desa
mantikole merupakan faktor utama penggolongan rumpun suku ini sebagai
masyarakat yang terorganisir. Dalam perspektif masyarakat suku kaili inde pola
kekerabatan ini disebut dengan ngata sintuvu; sebutan masyarakat dusun empat
desa mantikole (kehidupan bersama dalam satu kampung).
Ngata sintuvu adalah istilah yang
dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat untuk menjelaskan tentang hubungan
kekerabatan mereka. Menurut kepercayaan masyarakat dusun empat desa mantikole,
bahwa eksistensi mereka dalam satu permukiman merupakan amanat leluhur yang
harus dipertahankan. Meskipun salah satu atau beberapa keluarga memutuskan
pindah ke lokasi baru, namun tempat tinggal semula tetap dianggap sebagai
tempat asal atau rumah mereka yang sesungguhnya. Keterikatan masyarakat dusun
empat desa mantikole dalam ngata sintuvu membawa masyarakat pada suatu
kesadaran bersama yang tinggi sehingga memungkinkan lahirnya etnosentrisme. Kelompok
masyarakat ini sangat membanggakan nilai tradisi yang telah mengendap sebagai
kebudayaan immaterial. Hal ini mempengaruhi pola hubungan sosial dan pola
produksi.
Sumber : DISINI
0 comment:
Posting Komentar