(Sejarah Singkat Desa Sibowi)
1. Asal Usul Masyarakat
Desa Sibowi
Ada satu rumpun pada
zaman dahulu hidup dan bermukim mengasingkan
diri dari kehidupan masyarakat adat Kaili (ADA-NTO-HIGI) yang bermukim di suatu tempat diatas pegunungan sebelah timur desa Sibowi. Rumpun keluarga ini mendiami
tempat tersebut pada tahun 1706, yang
dipelopori oleh pemimpin rumpun keluarga besar bernama TIROLEMBA
yang mendapat julukan TOTUANTINA/TOTUANGATA, yang artinya orang yang diangkat atau
dikukuhkan dan dituakan oleh rumpun
keluarga besar sebagai pengatur dan pemangku adat yang dihormati, di segani,
dan di senangi.
Mereka mengasingkan
diri disebabkan karena perbedaan paham, pendapat, dan
pandangan tentang kehidupan dalam tatanan adat istiadat, budaya serta kebiasaan
dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, khususnya
masyarakat Adat Kaili (Ada-Nto-Higi).
Rumpun
keluarga tersebut mempunyai semangat
yang tinggi mereka memiliki jiwa kesatria, maka
mereka lebih memilih untuk berpisah dari rumpun masyarakat adatKaili Sigi
(Ada-Nto-Higi) mengembara dan mengasingkan diri mencari tempat tinggal serta menyebar kemana-mana. Dalam pengembaraan itu mereke menemukan suatu tempat lembah
lereng pegunungan disebelahTimur di wilayah Desa Sibowi.
Disaat itu TIROLEMBA
selaku TOTUANTINA/TOTUANGATA mulai
mengatur dan menata sebuah pemukiman, mereka juga menata bentuk adat istiadat
yang dalam bahasa kaili Ija disebut MOMPAHILONGA
sehingga pemukiman tersebut mereka abadikan menjadi sebuah namarumpun keluarga
besar mereka, yang diberi nama HILONGA atau TO-HGI-LONGA/TOPOMPAHILONGA yang dalam pengertiannya orang yang mengatur,
menata membentuk adat istiadat budaya serta kebiasaan masyarakat untuk keselamatan
semua manusia dalam alam lingkungan. Mereka menemukan jati diri mereka menjadi TO-KAILI-TOHILONGA, dan mereka memiliki
kesamaan-kesamaan adat istiadat, budaya serta kebiasaan dan bahasa dengan
masyarakat Kaili Sigi (TO-KAILI-TOHINGI). Lembah Hi-Longa atau Si-Longa
tepatnya berada di wilayah desa Baku-Bakulu (Dulu kecamatan Biromaru) sekarang
sudah menjadi Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.
2. Arti dari Desa Sibowi (Hibowi)
Sebagaimana telah
dikisahkan pada bagian terdahulu bahwa sekitar tahun 1768, mala petaka serta
kutukan dari mahakuasa menimpa kehidupandan penghidupan manusia To-Kaili Ija
(To-Hilonga) pada saat itu, sehingga oleh TOTUANTINA TIROLEMBA melakukan
musyawarah (HITOMU) bersama para pengikutnya sesuai budaya dan tradisi yang
dianutnya, maka acara ritual pun dilakukan untuk meminta petunjuk dari Yang
Maha Kuasa melalui bisikan suara gaib roh-roh leluhur yang di panggil, sehingga
diambillah suatu keputusan (HINTIVU) bahwa nama pemukiman yang mereka tempati
diberi nama HIBOWI atau sekarang dikenal dengan Desa Sibowi. Pengertian Hibowi
atau Sibowi sebagai berikut :
a.
Hi
artinya Hintivu atau kesepakatan.
b.
Bo
artinya Bolovia atau memohon petunjuk.
c.
Vi
adalah akhiran untuk penekanan kata bahasa Ija untuk mempercepat proses sesuatu
tercapai.
HI-BO-WI berdasarkan petunjuk yang
dimohon melalui roh-roh leluhur pada saat itu di ibaratkan tanaman/rumput,
padi, jagung yang berubah bentuk menjadi jenis rumput ilalang (alang-alang)
atau dalam bahasa Kaili Ija (To-Hilonga) Jaana. Sehingga dalam penekanannya
(VI) berarti sesuatu berubah atau tercapai.
Tanaman inilah diputuskan
melalui suatu petunjuk di mohon kepada Yang Maha Kuasa merubah kembali wujudnya
menjadi padi atau jagung, sehingga Hibowi atau Sibowi artinya Rumpun atau
ilalang (alang-alang) yang menyerupai padi.
3. Perkembangan Masyarakat
Mereka TO-HILONGA atau
TO-HIBOWI, pada masa itu hidup rukundan damai, serta membuka diri dengan
masyarakat dari luar lingkungan mereka. Dari kehidupan mereka dahulu terisolir
yang hanya bergaul dengan lingkungan sendiri, kini mereka membuka diri dengan
masyarakat luar yaitu MBULAVA dan masyarakat SIDIRU, masyarakat KASUTA
danmasyarakat HIGI (Sigi) yang merupakan pecahan dari rumpun keluarga mereka
serta masyarakat lainnya. Mereka menjalin hubungan baik dan meningkat menjadi
hubungan perkawinan (hubungan pertalian darah), sehingga kita berada di Mbulava
dan Sidiru (kini sibalaya) dan kuasata (kini lambara) maka disana akan ada kita
jumpai silsilah keturunan mereka dari masyarakat HIBOWI (kini Sibowi) dan
sebaliknya.
Memperhatikan perkembangan situasi dan kondisi pada saat itu, makaoleh pemerintah kolonial belanda menggunakan kesempatan melakukan interfensi atau campur tangan, maka pada tahun 1876 oleh pemerintah kolonial belanda menggangkat Ritundate sebagai pimpinan pemerintahan yang baru (sebagai kepala kampung yang pertama). Sejalan dengan itu diikuti pula dengan masuknya misi agama Kristen (Kristen BalaKeselamatan) di dua titik pemukiman yakni HIBOWI dan LOPO POBOYA dan dua pemukiman lainnya yakni Watugusu dan Lonja mereka memeluk agama Islam. Setelah berselang tidak lama, maka pergantiang kepala kampung silih berganti.
Berikut ini nama-nama Kepala Kampung sejaktahun
1876 s.d Sekarang.
NO NAMA TAHUN KETERANGAN
1 Ritundate 1876 s/d 1909 Kepala Jaga
2 Uma Pilahari 1909 s/d 1920 Kepala Jaga
3 Yumbabiaa 1920 s/d 1925 Kepala Jaga
4 Laburitu/Balatai 1925
s/d 1927 Kepala Jaga
5 Yumbabia 1927 s/d 1940 Kepala Jaga
6 Pakubahi 1940 s/d 1942 Kepala Jaga
7 Daeng pasau 1942 (2 minggu) Kepala Kampung
8 Tandesuli 1942 s/d 1944 Kepala Kampung
9 Susagimpu 1944 s/d 1948 Kepala Kampung
10 Torondate 1948 s/d 1950 Kepala
Kampung
11 Susagimpu 1950 s/d 1955 Kepala Kampung
12 Pariginja 1955 s/d 1961 Kepala Kampung
13 Latunisi 1961 s/d 1963 Kepala Kampung
14 Latoni 1963 s/d 1964 Kepala Kampung
15 Datu Jawa 1964 s/d 1968 Kepala
Kampung
16 Djamaludin Lacindara 1968 s/d 1973 Kepala
Desa
17 Yalinusi Lebe 1973 s/d 1988 Kepala Desa
18 Abd. Rahim 1988
s/d 1991 Kepala
Desa
19 Abd. Munir Lamakarate 1991 s/d 1993 Kepala Desa
20 Maulidin Asri 1993 s/d 1999 Kepala
Desa
21 Ishak L.Hi. Saini 1999 s/d 2005 Kepala Desa
22 KamaludinL.Rimbabibo 2005 s/d 2011 Kepala Desa
23 Asman Lasisa 2011 s/d 2016 Kepala Desa
0 comment:
Posting Komentar