TAIGANJA

Beberapa jenis Taiganja

BENDA PURBAKALA

Beberapa Benda Purbakala yang ada di wilayah Sulawesi Tengah.

SITUS MEGALIT

Beberapa Situs Megalit di Wilayah Napu.

SULTENG Daerah 1000 Megalit

Sulawesi Tengah dicanankan sebagai Daerah Seribu Megalit ...

PETA TUA

Peta Tua Wilayah Indonesia.

Selasa, 20 Mei 2025

Daftar Nama-nama Desa se Kabupaten Sigi

 



No.
Kemendagri

Kecamatan

Jumlah Desa

Daftar Desa

72.10.01

Sigi Biromaru

10

Jono Oge, Kalukubula, Lolu, Loru, Mpanau, Ngatabaru, Pombewe, Sidondo I, Sidondo II, Sidondo III

72.10.02

Palolo

21

Ampera, Bahagia, Bakubakulu, Berdikari, Bobo, Bunga, Kapiroe, Karunia, Lembantongoa, Makmur, Patimbe, Rahmat, Ranteleda, Rejeki, Sarumana, Sejahtera, Sintuwu, Tanah, Harapan, Tongoa, Ue Nuni, Ue Rani

72.10.03

Nokilalaki

5

Bulili, Kadidia, Kamarora A, Kamarora B, Sopu

72.10.04

Lindu

5

Anca, Langko, Olu, Puroo, Tomado

72.10.05

Kulawi

16

Banggaiba, Boladangko, Bolapapu, Lonca, Marena, Mataue, Namo, Poleroa, Makuhi, Rantewulu, Salua, Siwongi, Sungku, Tangkulowi, Toro, Towulu, Winatu

72.10.06

Kulawi Selatan

12

Gimpu, Lawua, Lempelero, Moa, O'o Parese, Palamaki, Pilimakujawa, Salutome, Tompi Bugis, Tomua, Wangka, Watukilo

72.10.07

Pipikoro

19

Banasu, Kalamanta, Kantewu, Kantewu II, Koja, Lawe, Lonebasa, Mamu, Mapahi, Masewo, Morui, Morui II, Onu, Peana, Pelempea, Poluroa, Porelea, Porelea II, Tuwo Tanijaya

72.10.08

Gumbasa

7

Kalawara, Omu, Pakuli, Pandere, Saluki, Simoro, Tuva

72.10.09

Dolo Selatan

12

Bangga, Balongga, Baluase, Bulubete, Jono, Poi, Pulu, Ramba, Rogo, Sambo, Walatana, Wisolo

72.10.10

Tanambulava

5

Lambara, Sibalaya Barat, Sibalaya Selatan, Sibalaya Utara, Sibowi

72.10.11

Dolo Barat

12

Balamoa, Balaroa Pewenu, Balumpewa, Bobo, Kaleke, Kaluku Tinggu, Luku, Mantikole, Pesaku, Pewunu, Rarampadende, Sibonu

72.10.12

Dolo

9

Kabobona, Karawana, Kotapulu, Kotarindau, Langaleso, Maku, Potoya, Soulowe, Tulo

72.10.13

Kinovaro

10

Balane, Bolobia, Daenggune, Doda, Kalora, Kanuna, Kayumpia, Porame, Rondingo, Uwemanje

72.10.14

Marawola

11

Baliase, Beka, Binangga, Bomba, Boyabaliase, Lebanu, Padende, Sibedi, Sunju, Tinggede, Tinggede Selatan

72.10.15

Marawola Barat

12

Dombu, Lemosiranindi, Lewara, Matantimali, Panasibaja, Ongulero, Soi, Taipanggabe, Wawujai, Wayu, Wiapore, Wugaga

72.10.16

Sigi Kota

10

Bora, Maranatha, Panturabate, Sidera, Sidondo IV, Sigimpu, Soulowe, Oloboju, Watubula, Watunonju

Total

177

 

 

Senin, 19 Mei 2025

Sejarah Desa PEWUNU

 

Kisah Sejarah dan Bentuk Peninggalan yang berada di Desa Pewunu, Kabupaten Sigi.

Pewunu memiliki lintasan sejarah yang panjang ketika mengulas kesejarahan dan bentuk peninggalannya. Pewunu menjadi sebuah Distrik pada tahun 1901 ditandai dengan berakhirnya masa kemaradikaan Pombuya sebagai Maradika terakhir adalah Pue Minukati. Sesudah maupun sebelum tahun 1900-an berbagai peristiwa terjadi di daerah ini. peristiwa-peristiwa itu dikenal adalah bentuk perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pue Yoralibu dan Pue Tandalonggo Randalemba.

bukan hanya itu saja Pewunu juga menyimpan sejarah jauh sebelum kedatangan bangsa barat ke tanah kaili diantaranya kisah Perpindahan Topo Ende dari pegunungan Njilalaki yang sekarang bernama Pegunungan Nokilalaki. Perang antar etnis atau yang mereka sebutkan dengan perang antar klan dan Perang Todolo serta perang-perang lainnya yang masih menyimpan kisah misteri tertulis dalam sejarah kelam di tanah kaili.

Tak ketinggalan pula mengenai Sejarah Kemaradikaan Pombuya yang hilang atau sengaja dihilangkan. Kerajaan Pombuya banyak menyimpan kisah sejarah dimulai dari Maradika pertama yang dijatuhi hukuman kemudian kisah Pue Mangumpu Lemba atau bergelar Tandelangi sampai ke Maradika terakhir yaitu Pue Minukati. Awalnya, sebelum menjadi sebuah desa yang bernama Pewunu terlebih dahulu mereka menetap disebuah tempat yang letaknya tidak jauh dari pewunu sekarang. seiring berjalannya zaman maka wilayah administrasi pemerintahan desa pewunu mulai berpindah di daerah sekarang yang telah menjadi Desa bagian dari Kabupaten Sigi.

Adapun Nama-nama lokasi bersejarah di pewunu adalah, Ngata Masae, Bulumpe eva, Pekavinara, Nggota, Kamate love, Raranggavana, Bulu Ndate, Ranggapopo, Pekavantu, Pantosu Lamale, dan masih banyak lokasi-lokasi bersejarah lainnya.



Sumber : DISINI



Sumber lain : 


Sejarah Terbentuknya Ngata TORO

Desa Toro, Kulawi

     Toro merupakan nama salah satu desa di kecamatan Kulawi, kabupaten Sigi, propinsi Sulawesi Tengah. Wilayah desa Toro dikelilingi Taman Nasional Lore Lindu. Di desa Toro terdapat sebuah rumah adat yang dinamakan Lobo. Hingga saat ini, masyarakatnya masih memiliki adat dan kebudayaan yang kuat. Pemerintahan di Desa Toro masih dipengaruhi oleh Tetinggi Adat antara lain, Totua Ngata, Mardika Ngata, dan Tina Ngata.

     Desa Toro memiliki cerita sejarah yang mistik. Diceritakan bahwa masyarakat asli Toro adalah korban penyerangan makhluk halus yang berhasil melarikan diri. Konon masyarakat asli Toro sebelumnya tinggal di suatu daerah yang bernama Malino.

 

Cerita Rakyat: Sejarah Desa Toro

     Alkisah pada musim panen dahulu kala, anak-anak desa Malino suka bermain gasing-gasingan bersama tiap sore hari. Mereka bermain setelah bekerja membantu orang tua di kebun.

     Suatu ketika di tengah keramaian anak-anak desa, datanglah seorang anak yang aneh. Mereka tidak menyadari kalau anak aneh itu adalah anak makhluk halus dari negeri Bunian. Anak aneh itu tidak menggunakan gasing dari kayu seperti yang lainnya. Gasingnya terbuat dari emas.

 

     Anak-anak desa pun heran, mereka tidak mengetahui dari mana asal anak aneh itu. Mereka juga tidak mengetahui kemana perginya ketika selesai bermain. Kejadian ini anak-anak desa perhatikan beberapa hari. Anak aneh itu datang dan pergi secara tiba-tiba.

 

     Setelah berhari-hari, anak-anak desa berani untuk menceritakan kejadian itu kepada orang tua mereka. Para orang tua pun ingin membuktikan perkataan anak-anaknya. Sehingga pada suatu ketika, para orang tua mengikuti anak-anaknya saat bermain gasing.

 

     Saat menyaksikan ramainya permainan, para orang tua pun juga melihat anak aneh itu. Hal ini membuat para orang tua percaya akan cerita anak-anak mereka.

     Kemudian, dari mulut ke mulut cerita tentang anak aneh itu tersebar ke seluruh masyarakat.  Cerita ini membuat heboh masyarakat Malino. Oleh karena itu, masyarakat Malino pun mengadakan musyawarah besar. Musyawarah tersebut berakhir dengan keputusan untuk membunuh anak aneh itu dan mengambil gasing emasnya.

 

     Ketika sore hari berikutnya anak aneh itu datang kembali untuk bermain gasing bersama anak-anak desa. Ternyata keputusan musyawarah tersebut benar-benar dilaksanakan oleh masyarakat Malino. Seketika para orang tua menangkap anak aneh itu dan merampas gasing emasnya. Setelah ditangkap, tanpa ampun anak aneh itu mereka bunuh.

 

      Masih pada hari yang sama, saat menjelang matahari sore terbenam makhluk halus dari negeri bunian tidak lain yaitu orang tua anak aneh itu datang ke Malino. Mereka mendapati anaknya sudah tak bernyawa. Sehingga para makhluk halus itu pun sangat murka terhadap masyarakat malino.

     Sesaat kemudian datanglah tangan-tangan terbang yang bersenjatakan parang menuju kerumunan masyarakat Malino. Ternyata tangan-tangan terbang itu adalah para makhluk halus yang hanya menampakkan tangan dan senjatanya. Para makhluk halus itu menuntut balas atas pembunuhan yang dilakukan masyarakat Malino terhadap seorang anak dari bangsa mereka. Maka terjadilah pertumpahan darah besar-besaran.

 

     Hampir seluruh masyarakat Malino menjadi korban balas dendam makhluk halus tersebut. Di tengah-tengah berjatuhnya korban ada beberapa orang dari masyarakat Malino berhasil melarikan diri. Walau bagai telur yang telah diujung tanduk, namun mereka pun selamat dari maut.

 

     Masyarakat Malino yang berhasil melarikan diri terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok lari ke arah Timur, dan kelompok lainnya lari ke arah Barat. Desa Malino pun menjadi desa mati yang mengerikan.

     Kedua kelompok yang telah berhasil menyelamatkan diri pun terpisah semakin jauh. Masing-masing kelompok melakukan perjalanan yang sangat panjang. Tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dan mengalami berbagai macam peristiwa.

 

     Bertahun-tahun lamanya, regenerasi telah terjadi. Kedua kelompok yang selamat telah memiliki anak dan cucu. Setelah hidup berpindah-pindah, keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur menemukan suatu lembah yang mereka jadikan tempat untuk tinggal menetap. Lembah itu dikelilingi bukit dan dialiri oleh sungai.

     Begitu pula keturunan orang Malino yang lari ke arah Barat, mereka juga memutuskan untuk menetap di suatu tempat. Tak disangka-sangka tempat menetap mereka hanya berseberangan sungai dengan tempat menetap keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur. Kedua kelompok ini masih tidak saling mengatahui satu sama lain karena rentang waktu yang sangat panjang.

 

     Pada suatu ketika, kedua kelompok ini saling bertemu. Keduanya bertemu saat berburu hewan di hutan. Keduanya berkenalan satu sama lain. Sambil menunggu hewan buruan mereka bercerita dan bercanda. Topik cerita mereka pun menjurus tentang silsilah keturunan dan sejarah hidup. Mereka terkejut saat tahu mereka sama-sama keturunan orang Malino.

 

     Karena telah mengetahui keduanya adalah sama-sama keturunan orang Malino, mereka memutuskan untuk bersatu kembali. Mereka menyatukan wilayah kekuasaan tempat tinggal mereka yang hanya berseberangan sungai.  Wilayah itu pun mereka namakan Toro atau yang biasanya mereka sebut Ngata Toro.

      Toro dalam bahasa kulawi berarti "Sisa", sedangakan Ngata berarti "Kampung". Mereka menamakannya dengan nama tersebut karena ingin mengenang bahwa mereka adalah sisa-sisa orang Malino. Mereka adalah sisa-sisa orang Malino yang bertahan hidup dalam penyerangan makhluk-makhluk halus dahulu kala. Keturunan orang Malino pun hidup menetap di Toro hingga saat ini.

Sekian.

 

(narasumber oleh, Totua Ngata Toro : TOLAU TARETOTO & RAHMAN PEPULOI)

(tulisan dan gambar oleh, M. ARMAND ZURHAAR | kakarmand.blogspot.com)


Sejarah Desa UWEMANJE

 


Manusia merupakan mahluk sosial yang dapat hidup dengan sesamanya dan akhirnya membentuk komunitas hidup dalam kelompok kecil hingga terbentuk suatu masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat inilah manusia menciptakan berbagai keperluan hidupnya dengan mengelola alam lingkunganya, dengan kata lain masyarakat menciptakan kebudayaannya sendiri dan mencatat itu semua sebagai sejarah kehidupannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan tidak ada kelompok masyarakatpun yang tidak mempunyai sejarah, bila masyarakat tertentu mempunyai awal perkebangan hidupnya, demikian halnya Desa Uwemanje yang menjadi lokasi penelitian ini juga mempunyai sejarahnya.

Kata Uwemanje terdiri dari dua kata yaitu “UWE” yang artinya “AIR” dan “MANJE” adalah “orang yang menemukan air tersebut”. Nama Uwemanje dipakai sejak tahun 1973 sebelumnya bernama Desa Balaroa II, perubahan nama tersebut disebabkan karena ada tiga desa yang memiliki nama yang sama, kemudian pemerintah mengusulkan pergantian nama Desa kepada masyarakat bersama tokoh-tokoh masyarakat menerima usul tersebut dan sepakat menganti nama Balaroa menjadi Uwemanje, karena memiliki nilai sejarah bagi masyarakat.

 

Kepala kampung atau Desa yang memerintah masyarakat dari pertama sampai sekarang yaitu :

 

1.      Ritugunju

 

2.      Letumore memerintah selama ± 20 tahun

 

3.      Maraua memerintah selama ± 20 tahun

 

4.      Djido memerintah sejak 1960-1975 tahun

 

5.      S. Repa memerintah sejak 1975-1984 tahun

 

6.      S. Ndoro memerintah sejak 1984-1985 tahun

 

7.      P. Ndoro memerintah sejak 1985-1994 tahun

 

8.      Palit memerintah sejak 1994-2004 tahun

 

9.      Raha Ganda memerintah sejak 2004-2006

 

10.  Zakaria Memerintah Sejak 2006-Sampai

 

11.  Erik Riksen Sekarang

 

Pada masa kepemimpinan Sebelum Pemimpin desa Rituguju masyarakat masih hidup berkelompok digunung-gunung dan masih hidup berpindah-pindah. Kemudian oleh Rituguju menghimpun masyarakat yang terpisah dalam satu lokasi untuk dijadikan perkampungan tetap, dan setelah terbentuknya perkampungan tetap masyarakat terus melakukan pembangunan dan mengalami perkembangan-perkembangan. Pada masa kepemimpinan Djido nama Balaroa II berganti menjadi uwemanje. Masuknya mahasiswa KKN UNTAD pertama kali di Desa Uwemanje juga memberikan pengaruh pada perkembangan Desa ini, pergantian periode kepemimpinan terus terjadi sampai sekarang dipimpin oleh Raha Ganda Desa Uwemanje terus membenahi dari dalam bebagai aspek kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, sosial budaya.

Sejarah Desa BALAROA PEWUNU

 


Desa Balaroa Pewunu merupakan desa baru yang memisahkan diri dari desa induk Pewunu pada tahun 2012,  berdirinya desa ditetapkan pada 20 november 2012 melaui Perda Kabupaten Sigi Nomor 41 tahun 2012  tentang Pemekaran Desa Balaroa Pewunu Kecamatan Dolo Barat Sigi Sulawesi Tengah. Secara geografis, desa Balaroa Pewunu berada di sebelah barat ibu kota kabupaten Sigi.

۞ PETA LOKASI Rumahku ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞