TAIGANJA

Beberapa jenis Taiganja

BENDA PURBAKALA

Beberapa Benda Purbakala yang ada di wilayah Sulawesi Tengah.

SITUS MEGALIT

Beberapa Situs Megalit di Wilayah Napu.

SULTENG Daerah 1000 Megalit

Sulawesi Tengah dicanankan sebagai Daerah Seribu Megalit ...

PETA TUA

Peta Tua Wilayah Indonesia.

Selasa, 20 Mei 2025

Daftar Nama-nama Desa se Kabupaten Sigi

 



No.
Kemendagri

Kecamatan

Jumlah Desa

Daftar Desa

72.10.01

Sigi Biromaru

10

Jono Oge, Kalukubula, Lolu, Loru, Mpanau, Ngatabaru, Pombewe, Sidondo I, Sidondo II, Sidondo III

72.10.02

Palolo

21

Ampera, Bahagia, Bakubakulu, Berdikari, Bobo, Bunga, Kapiroe, Karunia, Lembantongoa, Makmur, Patimbe, Rahmat, Ranteleda, Rejeki, Sarumana, Sejahtera, Sintuwu, Tanah, Harapan, Tongoa, Ue Nuni, Ue Rani

72.10.03

Nokilalaki

5

Bulili, Kadidia, Kamarora A, Kamarora B, Sopu

72.10.04

Lindu

5

Anca, Langko, Olu, Puroo, Tomado

72.10.05

Kulawi

16

Banggaiba, Boladangko, Bolapapu, Lonca, Marena, Mataue, Namo, Poleroa, Makuhi, Rantewulu, Salua, Siwongi, Sungku, Tangkulowi, Toro, Towulu, Winatu

72.10.06

Kulawi Selatan

12

Gimpu, Lawua, Lempelero, Moa, O'o Parese, Palamaki, Pilimakujawa, Salutome, Tompi Bugis, Tomua, Wangka, Watukilo

72.10.07

Pipikoro

19

Banasu, Kalamanta, Kantewu, Kantewu II, Koja, Lawe, Lonebasa, Mamu, Mapahi, Masewo, Morui, Morui II, Onu, Peana, Pelempea, Poluroa, Porelea, Porelea II, Tuwo Tanijaya

72.10.08

Gumbasa

7

Kalawara, Omu, Pakuli, Pandere, Saluki, Simoro, Tuva

72.10.09

Dolo Selatan

12

Bangga, Balongga, Baluase, Bulubete, Jono, Poi, Pulu, Ramba, Rogo, Sambo, Walatana, Wisolo

72.10.10

Tanambulava

5

Lambara, Sibalaya Barat, Sibalaya Selatan, Sibalaya Utara, Sibowi

72.10.11

Dolo Barat

12

Balamoa, Balaroa Pewenu, Balumpewa, Bobo, Kaleke, Kaluku Tinggu, Luku, Mantikole, Pesaku, Pewunu, Rarampadende, Sibonu

72.10.12

Dolo

9

Kabobona, Karawana, Kotapulu, Kotarindau, Langaleso, Maku, Potoya, Soulowe, Tulo

72.10.13

Kinovaro

10

Balane, Bolobia, Daenggune, Doda, Kalora, Kanuna, Kayumpia, Porame, Rondingo, Uwemanje

72.10.14

Marawola

11

Baliase, Beka, Binangga, Bomba, Boyabaliase, Lebanu, Padende, Sibedi, Sunju, Tinggede, Tinggede Selatan

72.10.15

Marawola Barat

12

Dombu, Lemosiranindi, Lewara, Matantimali, Panasibaja, Ongulero, Soi, Taipanggabe, Wawujai, Wayu, Wiapore, Wugaga

72.10.16

Sigi Kota

10

Bora, Maranatha, Panturabate, Sidera, Sidondo IV, Sigimpu, Soulowe, Oloboju, Watubula, Watunonju

Total

177

 

 

Senin, 19 Mei 2025

Sejarah Desa PEWUNU

 

Kisah Sejarah dan Bentuk Peninggalan yang berada di Desa Pewunu, Kabupaten Sigi.

Pewunu memiliki lintasan sejarah yang panjang ketika mengulas kesejarahan dan bentuk peninggalannya. Pewunu menjadi sebuah Distrik pada tahun 1901 ditandai dengan berakhirnya masa kemaradikaan Pombuya sebagai Maradika terakhir adalah Pue Minukati. Sesudah maupun sebelum tahun 1900-an berbagai peristiwa terjadi di daerah ini. peristiwa-peristiwa itu dikenal adalah bentuk perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pue Yoralibu dan Pue Tandalonggo Randalemba.

bukan hanya itu saja Pewunu juga menyimpan sejarah jauh sebelum kedatangan bangsa barat ke tanah kaili diantaranya kisah Perpindahan Topo Ende dari pegunungan Njilalaki yang sekarang bernama Pegunungan Nokilalaki. Perang antar etnis atau yang mereka sebutkan dengan perang antar klan dan Perang Todolo serta perang-perang lainnya yang masih menyimpan kisah misteri tertulis dalam sejarah kelam di tanah kaili.

Tak ketinggalan pula mengenai Sejarah Kemaradikaan Pombuya yang hilang atau sengaja dihilangkan. Kerajaan Pombuya banyak menyimpan kisah sejarah dimulai dari Maradika pertama yang dijatuhi hukuman kemudian kisah Pue Mangumpu Lemba atau bergelar Tandelangi sampai ke Maradika terakhir yaitu Pue Minukati. Awalnya, sebelum menjadi sebuah desa yang bernama Pewunu terlebih dahulu mereka menetap disebuah tempat yang letaknya tidak jauh dari pewunu sekarang. seiring berjalannya zaman maka wilayah administrasi pemerintahan desa pewunu mulai berpindah di daerah sekarang yang telah menjadi Desa bagian dari Kabupaten Sigi.

Adapun Nama-nama lokasi bersejarah di pewunu adalah, Ngata Masae, Bulumpe eva, Pekavinara, Nggota, Kamate love, Raranggavana, Bulu Ndate, Ranggapopo, Pekavantu, Pantosu Lamale, dan masih banyak lokasi-lokasi bersejarah lainnya.



Sumber : DISINI



Sumber lain : 


Sejarah Terbentuknya Ngata TORO

Desa Toro, Kulawi

     Toro merupakan nama salah satu desa di kecamatan Kulawi, kabupaten Sigi, propinsi Sulawesi Tengah. Wilayah desa Toro dikelilingi Taman Nasional Lore Lindu. Di desa Toro terdapat sebuah rumah adat yang dinamakan Lobo. Hingga saat ini, masyarakatnya masih memiliki adat dan kebudayaan yang kuat. Pemerintahan di Desa Toro masih dipengaruhi oleh Tetinggi Adat antara lain, Totua Ngata, Mardika Ngata, dan Tina Ngata.

     Desa Toro memiliki cerita sejarah yang mistik. Diceritakan bahwa masyarakat asli Toro adalah korban penyerangan makhluk halus yang berhasil melarikan diri. Konon masyarakat asli Toro sebelumnya tinggal di suatu daerah yang bernama Malino.

 

Cerita Rakyat: Sejarah Desa Toro

     Alkisah pada musim panen dahulu kala, anak-anak desa Malino suka bermain gasing-gasingan bersama tiap sore hari. Mereka bermain setelah bekerja membantu orang tua di kebun.

     Suatu ketika di tengah keramaian anak-anak desa, datanglah seorang anak yang aneh. Mereka tidak menyadari kalau anak aneh itu adalah anak makhluk halus dari negeri Bunian. Anak aneh itu tidak menggunakan gasing dari kayu seperti yang lainnya. Gasingnya terbuat dari emas.

 

     Anak-anak desa pun heran, mereka tidak mengetahui dari mana asal anak aneh itu. Mereka juga tidak mengetahui kemana perginya ketika selesai bermain. Kejadian ini anak-anak desa perhatikan beberapa hari. Anak aneh itu datang dan pergi secara tiba-tiba.

 

     Setelah berhari-hari, anak-anak desa berani untuk menceritakan kejadian itu kepada orang tua mereka. Para orang tua pun ingin membuktikan perkataan anak-anaknya. Sehingga pada suatu ketika, para orang tua mengikuti anak-anaknya saat bermain gasing.

 

     Saat menyaksikan ramainya permainan, para orang tua pun juga melihat anak aneh itu. Hal ini membuat para orang tua percaya akan cerita anak-anak mereka.

     Kemudian, dari mulut ke mulut cerita tentang anak aneh itu tersebar ke seluruh masyarakat.  Cerita ini membuat heboh masyarakat Malino. Oleh karena itu, masyarakat Malino pun mengadakan musyawarah besar. Musyawarah tersebut berakhir dengan keputusan untuk membunuh anak aneh itu dan mengambil gasing emasnya.

 

     Ketika sore hari berikutnya anak aneh itu datang kembali untuk bermain gasing bersama anak-anak desa. Ternyata keputusan musyawarah tersebut benar-benar dilaksanakan oleh masyarakat Malino. Seketika para orang tua menangkap anak aneh itu dan merampas gasing emasnya. Setelah ditangkap, tanpa ampun anak aneh itu mereka bunuh.

 

      Masih pada hari yang sama, saat menjelang matahari sore terbenam makhluk halus dari negeri bunian tidak lain yaitu orang tua anak aneh itu datang ke Malino. Mereka mendapati anaknya sudah tak bernyawa. Sehingga para makhluk halus itu pun sangat murka terhadap masyarakat malino.

     Sesaat kemudian datanglah tangan-tangan terbang yang bersenjatakan parang menuju kerumunan masyarakat Malino. Ternyata tangan-tangan terbang itu adalah para makhluk halus yang hanya menampakkan tangan dan senjatanya. Para makhluk halus itu menuntut balas atas pembunuhan yang dilakukan masyarakat Malino terhadap seorang anak dari bangsa mereka. Maka terjadilah pertumpahan darah besar-besaran.

 

     Hampir seluruh masyarakat Malino menjadi korban balas dendam makhluk halus tersebut. Di tengah-tengah berjatuhnya korban ada beberapa orang dari masyarakat Malino berhasil melarikan diri. Walau bagai telur yang telah diujung tanduk, namun mereka pun selamat dari maut.

 

     Masyarakat Malino yang berhasil melarikan diri terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok lari ke arah Timur, dan kelompok lainnya lari ke arah Barat. Desa Malino pun menjadi desa mati yang mengerikan.

     Kedua kelompok yang telah berhasil menyelamatkan diri pun terpisah semakin jauh. Masing-masing kelompok melakukan perjalanan yang sangat panjang. Tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dan mengalami berbagai macam peristiwa.

 

     Bertahun-tahun lamanya, regenerasi telah terjadi. Kedua kelompok yang selamat telah memiliki anak dan cucu. Setelah hidup berpindah-pindah, keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur menemukan suatu lembah yang mereka jadikan tempat untuk tinggal menetap. Lembah itu dikelilingi bukit dan dialiri oleh sungai.

     Begitu pula keturunan orang Malino yang lari ke arah Barat, mereka juga memutuskan untuk menetap di suatu tempat. Tak disangka-sangka tempat menetap mereka hanya berseberangan sungai dengan tempat menetap keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur. Kedua kelompok ini masih tidak saling mengatahui satu sama lain karena rentang waktu yang sangat panjang.

 

     Pada suatu ketika, kedua kelompok ini saling bertemu. Keduanya bertemu saat berburu hewan di hutan. Keduanya berkenalan satu sama lain. Sambil menunggu hewan buruan mereka bercerita dan bercanda. Topik cerita mereka pun menjurus tentang silsilah keturunan dan sejarah hidup. Mereka terkejut saat tahu mereka sama-sama keturunan orang Malino.

 

     Karena telah mengetahui keduanya adalah sama-sama keturunan orang Malino, mereka memutuskan untuk bersatu kembali. Mereka menyatukan wilayah kekuasaan tempat tinggal mereka yang hanya berseberangan sungai.  Wilayah itu pun mereka namakan Toro atau yang biasanya mereka sebut Ngata Toro.

      Toro dalam bahasa kulawi berarti "Sisa", sedangakan Ngata berarti "Kampung". Mereka menamakannya dengan nama tersebut karena ingin mengenang bahwa mereka adalah sisa-sisa orang Malino. Mereka adalah sisa-sisa orang Malino yang bertahan hidup dalam penyerangan makhluk-makhluk halus dahulu kala. Keturunan orang Malino pun hidup menetap di Toro hingga saat ini.

Sekian.

 

(narasumber oleh, Totua Ngata Toro : TOLAU TARETOTO & RAHMAN PEPULOI)

(tulisan dan gambar oleh, M. ARMAND ZURHAAR | kakarmand.blogspot.com)


Sejarah Desa UWEMANJE

 


Manusia merupakan mahluk sosial yang dapat hidup dengan sesamanya dan akhirnya membentuk komunitas hidup dalam kelompok kecil hingga terbentuk suatu masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat inilah manusia menciptakan berbagai keperluan hidupnya dengan mengelola alam lingkunganya, dengan kata lain masyarakat menciptakan kebudayaannya sendiri dan mencatat itu semua sebagai sejarah kehidupannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan tidak ada kelompok masyarakatpun yang tidak mempunyai sejarah, bila masyarakat tertentu mempunyai awal perkebangan hidupnya, demikian halnya Desa Uwemanje yang menjadi lokasi penelitian ini juga mempunyai sejarahnya.

Kata Uwemanje terdiri dari dua kata yaitu “UWE” yang artinya “AIR” dan “MANJE” adalah “orang yang menemukan air tersebut”. Nama Uwemanje dipakai sejak tahun 1973 sebelumnya bernama Desa Balaroa II, perubahan nama tersebut disebabkan karena ada tiga desa yang memiliki nama yang sama, kemudian pemerintah mengusulkan pergantian nama Desa kepada masyarakat bersama tokoh-tokoh masyarakat menerima usul tersebut dan sepakat menganti nama Balaroa menjadi Uwemanje, karena memiliki nilai sejarah bagi masyarakat.

 

Kepala kampung atau Desa yang memerintah masyarakat dari pertama sampai sekarang yaitu :

 

1.      Ritugunju

 

2.      Letumore memerintah selama ± 20 tahun

 

3.      Maraua memerintah selama ± 20 tahun

 

4.      Djido memerintah sejak 1960-1975 tahun

 

5.      S. Repa memerintah sejak 1975-1984 tahun

 

6.      S. Ndoro memerintah sejak 1984-1985 tahun

 

7.      P. Ndoro memerintah sejak 1985-1994 tahun

 

8.      Palit memerintah sejak 1994-2004 tahun

 

9.      Raha Ganda memerintah sejak 2004-2006

 

10.  Zakaria Memerintah Sejak 2006-Sampai

 

11.  Erik Riksen Sekarang

 

Pada masa kepemimpinan Sebelum Pemimpin desa Rituguju masyarakat masih hidup berkelompok digunung-gunung dan masih hidup berpindah-pindah. Kemudian oleh Rituguju menghimpun masyarakat yang terpisah dalam satu lokasi untuk dijadikan perkampungan tetap, dan setelah terbentuknya perkampungan tetap masyarakat terus melakukan pembangunan dan mengalami perkembangan-perkembangan. Pada masa kepemimpinan Djido nama Balaroa II berganti menjadi uwemanje. Masuknya mahasiswa KKN UNTAD pertama kali di Desa Uwemanje juga memberikan pengaruh pada perkembangan Desa ini, pergantian periode kepemimpinan terus terjadi sampai sekarang dipimpin oleh Raha Ganda Desa Uwemanje terus membenahi dari dalam bebagai aspek kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, sosial budaya.

Sejarah Desa BALAROA PEWUNU

 


Desa Balaroa Pewunu merupakan desa baru yang memisahkan diri dari desa induk Pewunu pada tahun 2012,  berdirinya desa ditetapkan pada 20 november 2012 melaui Perda Kabupaten Sigi Nomor 41 tahun 2012  tentang Pemekaran Desa Balaroa Pewunu Kecamatan Dolo Barat Sigi Sulawesi Tengah. Secara geografis, desa Balaroa Pewunu berada di sebelah barat ibu kota kabupaten Sigi.

Sejarah Desa BALUMPEWA

 

Sejarah Desa BALUMPEWA

Tertulis/terdengar suatu cerita dari satu wilayah hunian komunitas masyarakat Yang amat subur di atas tanah pegunungan sebelah barat, wilayah yang ditumbuhi Pepohonan dan rerumputan yang hijau,  orang-orang sekitarnya menyubut wilayah ini“ BOLONTOKUE “. 

Selain memiliki tanah sangat subur untuk bercocok tanam juga sangat baik digunakan untuk wilaya pemukiman, sehingga dalam kurun waktu tertentu sekelompok komunitas etnik Kaili dengan sub-etnik Inde (Topo Inde) yang menghuni wilaya Vayolipe mencoba melakukan perpindahan ke wilaya Bolontokue. Meskipun hidup dengan kesederhanan ditengah keterbatasan dan pola kearifan tradisional yang memiliki, membuat kehidupan mereka amatlah bersahaja pada kondisi yang ada. Pola kehidupan yang masih sangat tradisional ini dilakukan oleh masyarakatnya melalui kehidupan sehari-hari baik dalam hal bekerja dikebun/bertani. 

Bertahun-tahun sudah lamanya masyarakat Bolontokue bekerja keras ditengah ketenangan dan kesederhanaan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya melalui pola interaksi yang dilakukan baik interaksi sesama masyarakat maupuninteraksi dengan alam disekitarnya membuat lahirnya satu kebiasaan yang menjadi nilai-nilai dan norma kehidupan. Melihat kebutuhan sehari-hari baik dalam hal pekerjaan khususnya pertanian dan berburu masih menggunakan alat yang sangat terbatas maka seorang orang tua yang bernama “PEVA” berinisiatif menanam serumpun Bambu yang dalam bahasa lakolnya disebut “BALO”.

Balo (bambu) tersebut tumbuh dan berkembang dan akhirnya bambu tersebut sangat banyak membatu masyarakat Bolontokue melakukan pekerjaan terutama dikebun dan berburu. Karna dengan banyaknya fungsi/kegunaan bambu yang ditanam oleh PEVA, maka oleh masyarakat Bolontokue sesekali menyebut wilayanya dengan sebutan “BALUMPEVA”. Kerena oleh masyarakat Bolontokue lebih akrab menyebut wilaya Bolontokue dengan nama Balumpeva maka muncul kesepakatan untuk mengganti nama Bolontokue menjadi Balumpeva. Yang sekarang menjadi Balumpeva (Balumpewa)

Etnis, Bahasa dan Religi

Mayoritas etnis di desa Balumpewa  adalah suku Kaili Inde.  Orang Kaili terdiri atas beberapa sub suku dan menggunakan dialek yang berbeda-beda, maka munculah istilah: Kaili Ledo, Kaili Rai, Kaili Ija, Kaili Unde, Kaili Ado, Kaili Edo, Kaili Tara, dan sebagainya. Dikatakan sebagai Orang Kaili karena adanya kesamaan budaya dan adat istiadat di kalangan mereka, sebagaimana dikemukakan oleh Mattulada (1985:21) bahwa: Orang Kaili mengidentifikasi diri sebagai To Kaili karena adanya persamaan dalam bahasa dan adat istiadat leluhur yang satu, dipandang menjadi sumber asal mereka, bahasa Kaili dalam arti Lingua-Franca dalam kalangan semua To-Kaili.  argumentasi dan pandangan bahwa meskipun terdiri atas beberapa sub suku, orang Kaili sebenarnya masih memiliki hubungan darah atau berasal dari satu nenek moyang yang sama, hal ini diakibatkan oleh adanya perkawinan antar sub suku Kaili itu sendiri (Natsir  dan Haliadi, 2015). 

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat untuk komunikasi khususnya antar warga, mayoritas warga menggunakan bahasa Kaili dengan dialek Inde, namun untuk komunikasi dengan pendatang serta dengan orang diluar warga Balumpewa, masyarakat menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan , untuk agama yang dianut penduduk desa Balumpewa mayoritas memeluk agama Kristen Balai Keselamatan. Secara kultural pegangan agama ini didapat dari hubungan kekeluargaan ataupun kekerabatan. Selain itu juga keyakinan beragama berkembnag berdasarkan turunan dari orang tua ke anaknya.

Sejarah Kepemimpinan Desa





Sejarah Desa DODA

 

Batas Utara dengan Kelurahan Balaroa

Batas Selatan dengan Balane

Batas Barat dengan Pegunungan Gawalise

Sebelah Timur dengan Kelurahan Duyu.


 Sejarah Singkat Masyarakat  Adat 

Pantapa adalah salah satu Sub komunitas masyarakat adat yang ada di wilayah ke adatan besar Kamalisi Sulawesi Tengah yang kini pada umumnya bermukim diwilayah lereng dan pegunungan Kamalisi.

Komunitas masyarakat adat Pantapa tersebut memiliki sejarah yang sama dan mereka hidup dari satu komunitas lainnya yang cukup besar di kamalisi secara adminitrasi berada di wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kota Madya Palu, bahkan wilayah adatnya kamilisi sampai kewilayah adminitrasi provinsi Sulawesi Barat.

Wilayah Pantapa berasal dari kebiasaan masyarakat yang pertama kali mendiami Kampung Tua bagian gunung kamilisi dengan cara menghangatkan diri dekat api di sebut NO TAPA. Sistem kepemimpinan di wilayah adat pantapa itu sendiri pemimpin tertinggi di sebut ntina. Masyarakat adat kamilisi memilih mogau dengan mosiromu (musyawarah) dan menempatkan mogau tersebut diwilayah yang ditunjuk oleh ntina.

Batas Wilayah

Batas Barat         Bulu (Gunung) Puncak Kamalisi bts Wilayah Ona (Desa Lewara) Kec.Marawola Barat Kab.Sigi

Batas Selatan     Sungai matimpa Bts Wilayah Vau (Desa Balane) Kec.Kinovaro Kab. Sigi

Batas Timur        Lembah Palu Bts Wilayah Duyu, Tanggiso, Taiparanggu (Kel.Duyu) Kec. Tatanga Kota Palu

Batas Utara         Sungai Ta bts Wilayah Vaenumpu (Desa Denggune) Kec.Kinovaro Kab.Sigi


Sumber : DISINI

Sejarah Desa KANUNA

 

Sejarah Singkat Desa Kanuna Kecamatan Kinovaro

          Awal mula terbentuknya Desa Kanuna, Sebelum tahun 60-an beberapa komunitas mendiami wilayah pegunungan sebelah barat Desa yang sekarang terbentuk. Mereka adalah para peladang berpindah. Perkampungan pertama disebut sebagai ‘Vunja Tondo’ yang sampai sekarang dijadikan tempat ritual adat suku Kaili Da’a. ‘Vunja Tondo’diambil dari nama wilayah kerajaan kecil yang berdiri di masa lampau dan kemudian menjadi wilayah pemukiman saat ini.

Struktur sosial orang Da’a secara umum bersifat egalitiarian, wilayah walaupun masyarakat pernah hidup dalam sebuah kemadikaan (kepemimpinan seseorang berdasarkan keturunannya), tetapi tidak berarti kemudian mereka berperilaku feodal. Masyarakat Kaili Da’a saat ini tidak mengenal strata sosial yang memilah-milah anggota masyarakat berdasarkan status dan atribut tertentu. Orang Kaili Da’a khususnya yang bermukim di Desa Kanuna hanya mengenal struktur lembaga adat yang dijadikan oleh seorang tetua adat sesuai hasil penunjukan masyarakat setempat.

Pada tahun 70-an. Awal Desa Kanuna terbentuk dan berkembang, saat itu beberapa kelompok suku Kaili Da’a yang bermukim di hutan pegunungan dan bekerja sebagai peladang berpindah-pindah. Mereka satu sama lainya tinggal dengan jarak berjauhan yang kemudian menyatu dan bermukim  didataran Kanuna, pemukiman baru itu disebut Desa Kanuna, seperti nama pohon yang tumbuh diwilayah itu, yaitu (Pohon Kanuna). Desa Kanuna pada awalnya termasuk dalam Wilaya Kecamatan Marawola, Kabupaten Donggala dan berbatasan langsung 3738 dengan wilayah Kota Palu (Kelurahan Kabonena). Desa Kanuna sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Desa Tondo Gunung.Desa Kanuna adalah sebuah wilayah penyangga antara suasana kaki pegunungan Gawalise dengan wilayah lembah Kota Palu. Perjalanan waktu berikutnya, beberapa Kecamatan memisahkan diri dari Kabupaten Donggala kemudian membentuk Kabupaten Sigi Biromaru.

Aspirasi masyarakat yang menginginkan daerah otonom sendiri terpisah dengan Kabupaten Donggala memiliki argumentasi logis berupa memperpendek rentan kendali, peningkatan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran dengan pembentukan kabupaten Sigi Biromaru diyakini sebagai upaya akselerasi pembangunan di Wilayah Selatan Kabupaten Donggala. Alasan lainya adalah kuatnya identifikasi historis yang menyatakan wilayah Kabupaten Donggala bukan menjadi bagian dari Kabupaten itu sendiri (Almudaris, 2008 : 97). Salah satu wilayah yang masuk ke wilayah baru tersebut adalah Desa Kanuna yang menyatu dalam Kecamatan baru yakni Kecamatan Kinovaro.Berdasarkan pada mobilitas penduduk serta akses terhadap pelayanan umum, wilayah Desa Kanuna lebih dekat dengan daerah Kota Palu. Melalui diskusi yang telah dilakukan oleh Walikota Palu dengan warga Desa Kanuna, wilayah Desa Kanuna ingin dimasukan ke dalam daerah administratif Kota Palu, namun hal tersebut mendapat penolakan dari warga Desa. Alasan yang disampaikan adalah Desa Kanuna merupakan satu kesatuan pemukiman etnis Da’a yang tersebar bermukim di wilayah Gunung Gawalise Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi Biromaru.

Letak Geografis Desa Kanuna Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi.

Secara geografis, desa kanuna berada terletak diwilaya kecamatan kinovaro Kabupaten sigi profinsi sulawesi tengan, desa kanuna memiliki luar desa 2.400m dan dibagi menjadi 3 dusun, adapun batas wilayah Desa Kanuna secara geografis berbatasan antara lain:

1. Sebelah Utara : Desa Kalora

2. Sebelah Selatan : Desa Daengune

3. Sebelah Barat : Kaki Gunung Gawalise

4. Sebelah Timur : Kelurahan Kabonena

Dari letak geografis, Desa Kanuna berada di daerah kaki Gunung Gawalise dan di apit oleh Desa tetangga, dan sebelah timur terdapat Kelurahan Kabonena.




Sejarah Desa RARAMPADENDE

 

Sejarah Desa Rarampadende

Alkisah adalah suatu Daerah merupakan Daerah yang subur, tumbuhan yang menghijau di atas tanah yang datar ditumbuhi semak yang sangat lebat, dan tanpa penghuni.

   Pada tahun 1916 terjadi pengungsian besar-besaran warga Tawaeli ke arah selatan Kota Palu dikarenakan oleh pertikaian antara pemerintah kolonial Belanda dengan Madika (Raja) Tawaeli maka sampailah mereka di Desa Sigampa (Kaleke sekarang) oleh Madika (Raja) di Wilayah Sigampa (Kaleke) menganjurkan untuk segera masuk kedalam (Rara) untuk membuka pemukiman dan lahan pertanian baru maka para pengungsi tersebut berangkat ke sebelah selatan Desa Sigampa namun diperjalanan terjadi dimana daerah yang dilalui sangat angker sehingga para pengungsi tersebut berlari-lari kecil (Nodende) masuk ke dalam wilayah yang baru untuk membuka pemukiman dan pertanian, pada saat itu pula warga asli yang berada di sebelah timur wilayah baru tersebut yaitu Dolaa, Tuva dan Lene membaur dengan para pendatang untuk membuka lahan pemukiman dan pertanian baru. Sebagia bukti 50 % warga Rarampadende adalah keturunan warga Tawaeli (Kayumalue)

   Pada tahun 1917, beberapa orang tua memperjuangkan Desa ini untuk berdiri sendiri yang disebut dengan Kampung Rarampadende yang artinya Rara adalah dalam dan Dende adalah berlari kecil. Untuk berdiri sendiri antara lain sebagai berikut :

1.     Nama                   :   Toma Tandu (Tombolotutu)

2.     Nama                   :   Ranggepala

Kedua beliau ini meghadap Swapraja Sigi Dolo terus ke Donggala menghadap Residen untuk memperjuangkan Kampung ini untuk menjadi Kampung Rarampadende. Akhirnya permohonan tersebut diterima, dan tahun itu pula yaitu 1917 resmi menjadi Desa Definitif yaitu Desa Rarampadende.

Demikianlah sekilas sejarah singkat terbentuknya Desa Rarampadende.

Sumber : Totua Kampung

Adapun Pejabat Kepala Desa Rarampadende sejak terbentuknya tahun 1917 sampai saat ini adalah sebagai berikut :


No
Periode
Nama Kepala Desa
1
1917 – 1927
TOMBOLOTUTU (TOMA TANDU)
2
1927 – 1935
RANGGEPALA AJITONDE
3
1935 – 1940
MATIRANTE (TOIBENGGE)
4
1940 – 1949
TODO LAWADJU
5
1949 – 1954
TOTOH DATUPAMUSU
6
1954 – 1957
MALAHUKU
7
1957 – 1959
INTJE ARBE DATUPALINGE
8
1959 – 1969
I.H MAKANU
9
1969 – 1972
DJAMALUDIN LATADENGKO
10
1972 – 1977
DST H. DG. MAROTJA
11
1977 – 1978
ASNUDIN ANDI TJALA
12
1978 – 1979
AHYAR BUDO HASAN
13
1979 – 1987
MOH. SALEH
14
1987 – 1992
DST H. DG. MAROTJA
15
1992 – 2000
NDJULI LABIDO
16
2000 – 2008
SENERMAN LAWADJU
17
2008 – 2009
ASWADIN TOMBOLOTUTU
18
2009 – 2010
DJAYADIN DJ
19
2010 – 2016
IKRAN NUHULI A.Ma
20
2016 - Sekarang
AL’AOFIN LIDO



Sumber : DISINI

۞ PETA LOKASI Rumahku ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞